Aksara Ilahi di Jantung Among Tani: Ketika Seni Menjadi Cahaya di Kota Modern
Aksara Ilahi di Jantung Among Tani: Ketika Seni Menjadi Cahaya di Kota Modern
Oleh : Akaha Taufan Aminudin
Kota Batu, yang selama ini dikenal sebagai "Kota Wisata" dengan keindahan alam yang memukau dan gemerlap modernitas, kini meneguhkan identitasnya yang lebih dalam.
Melalui Pameran Nasional Seni Rupa Kaligrafi "The Power of Qur'an: Aksara Ilahi", Batu telah mengubah Graha Pancasila menjadi panggung dialog antara spiritualitas, budaya, dan semangat kekinian.
Penyelenggaraan pameran ini—yang dibuka bertepatan dengan Hari Santri Nasional (HSN) dan HUT ke-24 Kota Batu—bukan sekadar penempatan jadwal yang cerdas.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Pelaksana, Abdul Rokhim, ini adalah afirmasi kultural bahwa Kota Batu adalah destinasi yang menjunjung tinggi nilai religi, di mana gemerlap pariwisata beriringan dengan khazanah keimanan.
Kaligrafi: Dari Kaidah Kaku Menuju Cahaya Nurani
Esensi dari pameran ini terletak pada upaya melonggarkan ikatan kaligrafi dari anggapan yang kaku. Prof. Dr. Djuli Djatiprambudi, melalui kurasinya, dan para seniman—dari maestro Celurit Emas KH. Zawawi Imron hingga tokoh surealis Koeboe Sarawan—menunjukkan bahwa kaligrafi adalah seni yang dinamis.
Ia tidak menolak modernitas; sebaliknya, ia menginvasi medium modern (akrilik, instalasi, cat air) untuk menegaskan bahwa Aksara Ilahi adalah sumber estetika yang tak terbatas.
Koeboe Sarawan dengan tepat merangkum semangat ini: "Pameran ini hanya upayah kecil untuk menyalakan cahaya ilahi di tengah kehidupan modern." Ini adalah inti dari "Aksara Ilahi": upaya menyuntikkan kekuatan makna ke dalam keindahan bentuk.
Karya-karya di sini, dari lafadz Ar-Rahman yang kontemporer hingga meditasi Inna Lillahi, adalah cerminan dari seni yang mengajak masyarakat bahwa seni bukan hanya keindahan bentuk tetapi juga kekuatan makna.
Filosofi Senada Hari Santri
Keterkaitan pameran dengan Hari Santri Nasional memberi dimensi filosofis yang mendalam. KH. Zawawi Imron melihat filosofi kaligrafi sejalan dengan semangat HSN: memupuk kecintaan pada seni Islami.
Santri, secara historis, adalah penjaga ilmu agama dan aksara suci. Di era modern, semangat ini berlanjut melalui para perupa yang, seperti Koeboe Sarawan katakan, "berangkat bersama-sama memuliakan huruf suci Allah."
Ini adalah wujud visualisasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, atau lebih luas, Tri Dharma Santri: Pengabdian, Pendidikan, dan Penciptaan. Seni rupa kaligrafi modern menjadi media dakwah estetis, sebuah cara damai untuk menyentuh nurani di tengah era digital.
Kado Istimewa untuk Kota Batu
Wali Kota Batu, Nurochman, dengan bangga menyebut pameran berskala nasional ini sebagai "kado istimewa" bagi HUT ke-24 Kota Batu. Apresiasi ini menggarisbawahi perubahan paradigma dalam pembangunan kota: tidak hanya mengejar infrastruktur atau daya tarik alam, tetapi juga menegaskan khazanah budaya dan religi sebagai identitas utama.
"Aksara Ilahi" adalah penanda bahwa Kota Batu telah menemukan keseimbangan spiritual-ekonomi yang dicari banyak kota wisata lain. Ini adalah pernyataan elegan bahwa keindahan alam (pegunungan dan kebun apel) kini ditopang oleh keindahan jiwa yang diekspresikan oleh para perupa.
Dengan semangat kebersamaan, keimanan, dan cinta tanah air, pameran ini berhasil menyajikan bukti nyata: seni dan iman dapat berjalan seiring memperkuat spiritual dan budaya bangsa kita.
Kota Batu, melalui Aksara Ilahi, telah menunjukkan bahwa dalam modernitas, kita tidak perlu kehilangan cahaya suci; kita hanya perlu menemukan medium yang tepat untuk menyalakannya.
Rabu Pahing 22 Oktober 2025
Drs. Akaha Taufan Aminudin
Sisir Gemilang Kampung Baru Literasi SIKAB Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR
Kontributor : AGS
Editor : Tim EDUKASI-R I

