Serangan Israel Rusak Panen Zaitun Tepi Barat, 17 Petani Palestina Terluka
Palestina. Jum'at 31 Oktober 2025. Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan laporan yang memilukan dari Tepi Barat, di mana panen zaitun tahun ini mencatat tingkat kerusakan tertinggi yang pernah terjadi. Musim panen, yang seharusnya menjadi periode kemakmuran dan warisan budaya bagi masyarakat Palestina, justru berubah menjadi arena kekerasan dan kehilangan. Laporan OCHA secara khusus menyoroti eskalasi serangan oleh pasukan pendudukan Israel dan pemukim ekstremis Yahuda terhadap petani Palestina yang berupaya memetik hasil bumi mereka. Akibat serangan-serangan ini, setidaknya 17 petani Palestina dilaporkan mengalami luka-luka, mengganggu tidak hanya mata pencaharian tetapi juga jiwa komunitas agraris.
Panen zaitun bukan sekadar aktivitas ekonomi; ia merupakan tulang punggung perekonomian bagi ribuan keluarga Palestina dan simbol identitas budaya yang dalam. Pohon zaitun yang berusia ratusan tahun melambangkan ketahanan, perdamaian, dan keterikatan turun-temurun dengan tanah. Namun, musim panen kali ini diwarnai oleh pembatasan akses, intimidasi, dan kekerasan fisik. Petani sering kali dihalangi untuk mencapai kebun mereka yang berada di dekat permukiman Israel atau di belakang Tembok Pemisah, dan banyak yang menghadapi ancaman serta serangan langsung dari pemukim yang didukung oleh kehadiran pasukan keamanan Israel.
Laporan OCHA ini mengonfirmasi tren mengkhawatirkan yang telah diamati oleh berbagai organisasi hak asasi manusia. Kerusakan yang terjadi tidak hanya terbatas pada luka-luka fisik yang diderita para petani, tetapi juga meluas kepada kerugian ekonomi yang masif. Ribuan pohon zaitun yang menjadi sumber kehidupan dirusak atau dijarah, menyebabkan dampak jangka panjang terhadap ketahanan pangan dan stabilitas finansial komunitas pedesaan. Situasi ini semakin mempersulit kondisi kemanusiaan di Tepi Barat yang sudah kompleks.
Komunitas internasional, melalui laporan OCHA ini, kembali diingatkan akan urgensi untuk menjamin perlindungan warga sipil dan hak-hak dasar petani Palestina. Pelanggaran selama musim panen zaitun tidak hanya merupakan krisis kemanusiaan akut tetapi juga sebuah serangan terhadap warisan budaya dan hak untuk bertahan hidup. Tekanan internasional yang lebih kuat diperlukan untuk memastikan akses yang aman dan terlindungi ke lahan pertanian, menuntut akuntabilitas atas kekerasan yang terjadi, dan melindungi simbol perdamaian—pohon zaitun—dari kehancuran yang disengaja, demi memulihkan sedikit harapan di tengah konflik yang berkepanjangan.
Kontributor : Indah
Editor : Tim EDUKASI-R I

